Image by: indogamers.com |
Si Pitung, Legenda Betawi - Si Pitung
merupakan seoran pendekar pencak silat dari Betawi. Si Pitung lahir di daerah Pengumben sebuah kampung di
Rawabelong yang pada saat ini berada di sekitar lokasi Stasiun Kereta Api
Palmerah. Ayahnya bernama Bang Piung dan ibunya bernama Mpok Pinah. Pitung
menerima pendidikan di pesantren yang dipimpin oleh Haji Naipin (seorang
pedagang kambing). Seperti yang dikisahkan dalam film Si Pitung (1970).
Pada dasarnya ada tiga
versi yang tersebar di masyarakat mengenai si Pitung yaitu versi Indonesia,
Belanda, dan Cina. Masing-masing penutur versi cerita tersebut memiliki versi
yang berbeda dari cerita si Pitung itu sendiri. Apakah Si Pitung sebagai
seorang pahlawan berdasarkan versi cerita Indonesia, dan sebagai seorang
penjahat jika dilihat dari versi Belanda.
Cerita Si Pitung ini dituturkan oleh
masyarakat Indonesia hingga saat ini dan menjadi bagian lengenda serta warisan
budaya Betawi khususnya dan Indonesia umumnya. Kisah Legenda Si Pitung ini
kadang-kadang dituturkan menjadi rancak (sejenis balada), sair, atau cerita
Lenong. Menurut versi Koesasi (1992), Si Pitung diidentikan dengan tokoh Betawi
yang membumi, muslim yang shaleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial.
Berikut ini adalah
cerita rakyat dari Si Pitung, seperti dikutip dari Kumpulan
Dongeng.
Si
Pitung adalah seorang pemuda yang soleh dari Rawa Belong. Ia rajin belajar
mengaji pada Haji Naipin. Selesai belajar mengaji ia pun dilatih silat. Setelah
bertahun- tahun kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri makin
meningkat.
Pada waktu itu Belanda sedang
menjajah Indonesia. Si Pitung merasa iba menyaksikan penderitaan yang dialami
oleh rakyat kecil. Sementara itu, kumpeni (sebutan untuk Belanda), sekelompok
Tauke dan para Tuan tanah hidup bergelimang kemewahan. Rumah dan ladang mereka
dijaga oleh para centeng yang galak.
Dengan dibantu oleh teman-temannya
si Rais dan Jii, Si Pitung mulai merencanakan perampokan terhadap rumah Tauke
dan Tuan tanah kaya. Hasil rampokannya dibagi-bagikan pada rakyat miskin. Di
depan rumah keluarga yang kelaparan diletakkannya sepikul beras. Keluarga yang
dibelit hutang rentenir diberikannya santunan. Dan anak yatim piatu dikiriminya
bingkisan baju dan hadiah lainnya.
Kesuksesan si Pitung dan
kawan-kawannya dikarenakan dua hal. Pertama, ia memiliki ilmu silat yang tinggi
serta dikhabarkan tubuhnya kebal akan peluru. Kedua, orang-orang tidak mau
menceritakan dimana si Pitung kini berada. Namun demikian orang kaya korban
perampokan Si Pitung bersama kumpeni selalu berusaha membujuk orang-orang untuk
membuka mulut.
Kumpeni juga menggunakan kekerasan
untuk memaksa penduduk memberi keterangan. Pada suatu hari, kumpeni dan
tuan-tuan tanah kaya berhasil mendapat informasi tentang keluarga si Pitung.
Maka merekapun menyandera kedua orang tuanya dan si Haji Naipin. Dengan siksaan
yang berat akhirnya mereka mendapatkan informasi tentang dimana Si Pitung
berada dan rahasia kekebalan tubuhnya.
Berbekal semua informasi itu, polisi
kumpeni pun menyergap Si Pitung. Tentu saja Si Pitung dan kawan-kawannya
melawan. Namun malangnya, informasi tentang rahasia kekebalan tubuh Si Pitung
sudah terbuka. Ia dilempari telur-telur busuk dan ditembak. Ia pun tewas
seketika. Meskipun demikian untuk Jakarta, Si Pitung tetap dianggap sebagai
pembela rakyat kecil.
Terima kasih sudah membaca artikel ini. Mohon maaf bila banyak terdapat kekurangan ataupun kesalahan. Semoga bermanfaat.