Menurut Rektor Unissula Prof Dr Laode Masihu Kamaluddin nilai nilai kepahlawanan Prof Kasman Singodimedjo sangat penting untuk diangkat kembali sebagai obor perjuangan bangsa Indonesia di era modern ini.
Dahulu nama itu dikenal karena perjuangannya memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ia Ketua KNIP pertama yang kini memiliki fungsi seperti DPR RI, pernah menjabat juga sebagai Ketua BPUPKI, Jaksa Agung, Kepala Kehakiman Militer, dan Menteri Muda Kehakiman.
Jendral Purn A H Nasution pernah menuturkan Prof Kasman Singodimejo juga termasuk salah satu dari tiga serangkai yang memimpin garis koordinasi militer masa kemerdekaan bersama Otto Iskandar Dinata dan Letkol. Supriyadi. Namun beliau lebih dikenal oleh pejuang kemerdekaan lain karena keberanian dan orasinya yang seperti singa di meja podium. Hingga Mohammad Roem menggambarkan tentang beliau, “Namanya memang Singodimejo, kenyataannya dia singa di mana-mana”.
Putra kelahiran bumi Purworejo, 25 Februari 1908 itu selalu teguh memperjuangkan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Karena hal itu beliau hingga pernah ditahan sampai empat kali oleh pemerintahan berkuasa.
Suatu kali dalam salah satu masa tahanannya beliau pernah diintimidasi oleh penyidik untuk mengakui mengadakan rapat gelap gerakan makar, padahal beliau tidak melakukannya. Seorang kawannya bernama Nasuhi sebelumnya telah dipaksa menandatangani pernyataan palsu menyetujui tuduhan itu. Ketika penyidik mulai menggertak dan Prof. Kasman terus ditekan, menggelegarlah suaranya.
Beliau berdiri, kursinya dibuang jauh ke belakang, tangannya diangkat lalu berteriak lantang, “Nah, itulah tuan-tuan keadaan yang sebenarnya. Saya sebagai bekas Jaksa Agung, bekas kepala Kehakiman Militer, bekas Menteri Muda Kehakiman, tahu persis semua ini tidak syah! Percuma pemeriksaan semacam ini! Silakan tuan-tuan cabut pistol. Tembak saya! Tembak! Tembak!” Demikianlah keberanian Prof. Kasman mempertahankan kebenaran, akhirnya penyidik itu mundur.
Keteguhan memegang nilai-nilai moralitas selalu menjadi ciri khas beliau di mana pun berada. Luqman Hakiem dalam peringatan 100 tahun Mohammad Natsir, bahkan memberi catatan bahwa Prof Kasman, bersama dengan Natsir dan Mohammad Roem ialah tokoh yang sama sekali tidak memiliki cacat hukum maupun cacat moral. Sebuah keteladanan yang semakin langka di masa sekarang.
Namun ironisnya nama dan perjuangan Prof Kasman lambat laun semakin dilupakan dan sedikit demi sedikit mulai kabur dari catatan sejarah. Terlebih sejak beliau bergabung bersama tokoh-tokoh lain untuk menandatangani Petisi 50. Maka dilandasi dengan iktikad mengangkat kembali nama beliau yang mulai tenggelam, maka Unissula berinisiatif menggelar seminar nasional tersebut.
Sumber: unissula.ac.id