Indonesia akan Menjadi The Next Economic Superpower ?

 



Bunyi terompet kematian yang menandai robohnya ekonomi negara-negara Eropa sayup-sayup mulai terdengar. Perekonomian negara-negara utama seperti Perancis, Italia, Spanyol dan Yunani sedang dirawat di UGD. Sementara raksasa ekonomi lainnya, Amerika Serikat, telah lama termehek-mehek dalam kegelapan ekonomi yang tanpa ujung.

Sementara di
belahan dunia lain, yang dipisahkan oleh samudera Atlantik dan Pasifik, muncul kekuatan ekonomi baru yang terus tumbuh. Belahan dunia lain itu bernama benua Asia. Inilah sebuah benua, dimana kegemilangan masa depan ekonomi dunia tengah diracik dan dibentangkan.

Dan senyampang dengan itu, dengan gagah berani muncul barisan the Next Economic Superpowers : China, India, South Korea, dan tentu saja sebuah negeri indah yang bernama : Indonesia.

Salah satu tanda kebesaran ekonomi sebuah bangsa, selalu dilihat dari size PDB-nya atau produk domestik bruto (atau GDP/Gross Domestic Product). Dalam bahasa kampung, PDB merupakan total output/produksi yang dihasilkan oleh sebuah negara : mulai dari produksi sepatu oleh pengrajin Cibaduyut hingga hasil minyak Pertamina; mulai dari produksi mie tek-tek di pinggir pasar Glodok hingga produksi kelapa sawit di perkebunan maha luas milik Astra Agro Lestari.

Pendeknya, PDB ibarat volume produksi bagi para juragan pabrik. Makin besar, makin bagus. Dan negeri kita, karena jumlah penduduknya yang amat banyak serta area Nusantara yang maha luas (lebih panjang dibanding negara Amerika), termasuk negara dengan PDB yang relatif besar yakni : 6,000 trilyun rupiah (atau berada pada posisi 18 terbesar di dunia).

Nah, angka PDB itu juga yang dijadikan dasar untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Jadi, kalau di koran-koran kita dengar ekonomi Indonesia akan tumbuh 6 %, maka patokannya adalah : angka PDB yang besarnya sudah Rp 6,000 trilyun akan tumbuh 6 % (atau tumbuh sebesar Rp 360 trilyun rupiah). Angka pertumbuhan 6 % tergolong bagus (Eropa dan Amerika hanya bisa tumbuh 1,5%; jadi kita bisa tumbuh 4 kali lipat dibanding mereka !!).

Dengan basis angka PDB yang sudah cukup besar, dan didukung dengan angka pertumbuhan yang meyakinkan (yakni antara 6 – 7%), Indonesia PASTI akan menjadi raksasa ekonomi di masa depan (sayangnya, media massa kita jarang menampilkan hal ini. Justru media internasional yang berkali-kali membahas masa depan gemilang ekonomi Indonesia).

Yang mungkin juga layak dicatat adalah ini : jumlah size PDB yang 6000 triyun itu, mayoritasnya (sekitar 63%) di sumbang oleh konsumsi domestik. Atau oleh belanja konsumen domestik, atau ya oleh kita-kita ini : mulai dari membeli Blackberry Bold 9900 baru di pasar Roxi hingga ambil Vario gres di dealer motor; mulai dari jalan-jalan sambil makang siang di Mall hingga beli baju modis di Bandung.

Konsumen Indonesia memang amat powerful. Itulah kenapa seorang haji yang juga juragan sukses pernah bilang : cari uang di Indonesia itu amat gampang; uang ratusan milyar bercereran di jalan dan di pasar; kita tinggal mengambilnya semudah mengorek upil.

Maksud sang juragan itu jelas : peluang bisnis dan prospek pasar di negeri ini sedemikian menggiurkan, dan inilah kesempatan emas bagi siapa saja untuk menjalankan bisnis (kalau ndak percaya tanya Toyota dan Nestle kenapa mereka mau bikin pabrik baru di Cikarang, masing-masing senilai 2 trilyun). So, just build your own business, and do it NOW.

Elemen lain yang juga akan membuat Indonesia menjadi superpower ekonomi adalah ini : bonus demografi. Ini istilah yang lazim digunakan untuk menyebut sebuah negara yang punya komposisi penduduk yang produktif. Indonesia termasuk disitu : dari 235 juta penduduk kita, mayoritas berada pada usia produktif (atau antara 17 sd 50 tahun). Dan ini akan memberi efek dahsyat bagi kemajuan ekonomi.

Negara-negara maju, termasuk Jepang, sebaliknya. Mayoritas penduduk mereka berada pada usia lanjut (dan tidak produktif). Sebutannya : negara yang menua, atau an aging nation. Dan ini malapetaka buat ekonomi bangsa. Jepang dan negera maju lainnya, pelan-pelan bisa hancur, sejalan dengan penduduknya yang jompo semua.

Demikianlah beberapa catatan yang layak diperhatikan, kala kita punya impian untuk menjadikan Sang Bumi Nusantara menjadi the Next Economic Superpower.
Kemakmuran sebuah negeri, termasuk kemakmuran penduduknya seperti Anda semua, selalu ditentukan oleh tingkat ekonomi negara itu. Ketika sebuah negeri memiliki tingkat ekonomi yang mencorong, maka negara itu kemudian layak masuk dalam kategori economic superpower.

Dan salah satu indikator ekonomi paling penting untuk mengukur kemakmuran sebuah negeri adalah produk domestik bruto atau PDB (dalam bahasa Inggris disebut juga sebagai Gross Domestic Bruto atau GDP). Ibarat warung makan, PDB ini adalah output total yang diproduksi oleh warung tersebut; dan kemudian dinilai dalam uang. Semakin besar output makanan yang dihasilkan oleh warung itu, maka tentu semakin besar perputaran uang yang dihasilkan oleh pemiliknya.

PDB dengan kata lain menunjukkan size ekonomi sebuah negara. Semakin besar nilainya, berarti makin makmurlah negera itu. Lalu siapakah top ten economic superpower saat ini? Tulisan kali ini ingin mengajak kita semua untuk mencoba berpikir sebagai a global strategist.

Berikut peringkat top ten ekonomi dunia berdasar nilai PDB yang dihasilkan (berdasar juta US dollar) :

1. United States —- 14,600,000
2. China ————- 5,800,000
3. Japan ————- 5,400,000
4. Germany ———- 3,300,000
5. France ———— 2,500,000
6. United Kingdom —- 2,250,000
7. Brazil ————–2,090,000
8. Italy ————– 2,055,000
9. Canada ———– 1,570,000
10. India ———— 1,537,000
…………………
18. Indonesia ————- 706,000

Ada beberapa catatan yang mau dibedah disini. Yang pertama, Amerika hingga saat ini tetap menjadi yang berbesar ekonominya. Namun China terus mengejar dengan penuh semangat bak pendekar shaolin. Tahun 2010 lalu, China mendepak posisi Jepang dari nomer dua ekonomi dunia. Dan diramalkan pada tahun 2025, China akan menjadi nomer satu. Number One. (Peradaban China memang jauh lebih agung dibanding Amerika dan Eropa; dan mereka sangat layak menjadi nomer satu dunia. Ingatlah film-film mandarin kuno dengan kuil-kuil zaman Ming yang gagah – dan kita tahu betapa kerennya peradaban Tiongkok).

Catatan kedua : Jepang mungkin akan makin terseok-seok. Dalam sepuluh tahun terakhir ekonomi mereka stagnan. Maju ndak mundur ndak. Komposisi demografi mereka yang kian tua juga menjadi bom waktu. Jepang adalah an aging nation – negara yang menua. Dan produktivitas apa yang bisa diharapkan dari para kakek yang rambutnya mulai memutih dan berwajah sendu? Semangat Musashi mungkin harus digali kembali oleh warga Jepang.

Catatan ketiga : ukuran ekonomi dan PDB sebuah negeri memang amat bergantung juga dengan jumlah penduduk. Semakin besar jumlahnya, ukuran ekonomi akan semakin besar. Itulah kenapa ekonomi China, India, Brazil dan Rusia (penduduknya rata-rata diatas 100 juta, seperti Indonesia) akan makin berkibar di masa mendatang. Tentu saja jika ini diimbangi dengan produktivitas setiap penduduk yang cukup tinggi. Gabungan antara jumlah penduduk yang tinggi dengan tingkat produktivitas per penduduk yang bagus, sungguh akan menghasilkan level ekonomi yang juga top markotop.

Catatan terakhir : saat ini, ukuran ekonomi Indonesia masih berada pada urutan 18 (seperti dilihat diatas). Sebuah prestasi yang layak di-syukuri juga. Ini pertanda pelan-pelan ekonomi Indonesia bergerak ke arah “middle economy club” bersama Meksiko, Turki dan Korea Selatan.

Dan tentu kita akan selalu ingat dengan prediksi Goldman Sach, sebuah lembaga keuangan terkemuka dunia, bahwa di tahun 2050 – atau 39 tahun dari sekarang – nilai PDB dan size ekonomi Indonesia akan berada pada peringkat 7 dunia (mengalahkan size ekonomi Jerman, Inggris dan Jepang !!).

Pada tahun 2050 itu, dengan jumlah penduduk sekitar 400 juta, ekonomi Indonesia akan menjadi salah satu rakasasa dunia. Secara ekonomi, bangsa Indonesia akan menjadi salah satu key player yang disegani dalam kancah global.

Bagi para pelaku bisnis dan praktisi manajemen, peta masa depan ekonomi semacam itu sungguh merupakan “ladang emas” yang begitu menggugah. Jika Anda masih muda (berusia 20-an tahun) dan memiliki spirit optimisme, patrikan impian besar untuk menjadi the future great business owners.

Jangan buang waktu untuk melulu berpikir negatif dan pesimis. Rebut peluang emas itu. Dan rajutlah impian itu bersama dengan tumbuhnya ekonomi raksasa Indonesia.Negeri ini pernah mengalami kejayaan yang amat impresif, ketika dipimpin oleh seorang perdana menteri bernama Gajah Mada. Kedahsyatan negeri Majapahit yang dipahat 900 tahun silam itu insya Allah akan terulang kembali.